Mengikuti perayaan ekaristi hari ini, ada cerita menarik yang dituturkan oleh Romo dalam khotbahnya. Berikut ini adalah cuplikan ceritanya :
Ada dua orang yang bernama Slamet dan Bagong. Slamet adalah seorang yang sangat penakut sedangkan Bagong adalah orang yang kalau bicara suaranya sengau atau bahasa jawanya adalah bindeng.
Pada suatu hari mereka diminta oleh seorang ibu yang merupakan tetangga mereka untuk menjemput jenazah anaknya yang meninggal di rumah sakit. Slamet dan Bagong membantu ibu tersebut walaupun dalam hati Slamet merasakan ketakutan. Mereka menggotong jenazah dengan sebuah keranda, karena Slamet takut melihat jenasah maka ia memilih menggotong di depan. Karena rumah sakit tidak jauh dari rumah duka maka mereka menggotong keranda berisi jenazah dengan berjalan kaki. Di tengah perjalanan langit tiba-tiba mendung.
Bagong : Met, Met mendung.
(karena Bagong suaranya sengau atau bindeng maka terdengar oleh Slamet bahwa mayat melembung)
Slamet mempercepat langkahnya karena ketakutan sebab ia mengira mayat atau jenazah yang ia gotong melembung sehingga Bagong tergopoh-gopoh mengikuti Slamet dari belakang.
Bagong : Met, Met enteni. ….. ( enteni = tunggu)
(karena Bagong suaranya sengau atau bindeng maka terdengar oleh Slamet bahwa mayatnya tangi) ….. (tangi = bangun)
Slamet yang sudah ketakutan bertambah lagi ketakutan karena dia mengira mayat yang tadi melembung kini bangun, maka ia semakin mempercepat langkahnya dan Bagong semakin tergopoh-gopoh mengikutinya.
Bagong : Met, Met, mandek….. (mandek = berhenti)
(karena Bagong suaranya bindeng atau sengau maka terdengar oleh Slamet bahwa mayatnya ngadek atau dalam bahasa Indonesia artinya berdiri)
Dari cuplikan cerita di atas dapat dipetik hikmah bahwa jika mendengar dengan ketakutan maka kita tidak dapat mendengar dengan baik pesan yang ingin disampaikan kepada kita, dalam hubungan dengan mendengarkan sabda Tuhan maka kita perlu mendengarkan dengan iman dengan kepercayaan kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar