Oleh : Lilintri Nurhayati
Dalam konteks filsafat, olah pikir yang memegang peranan penting, terkadang olah pikir kita akan bertentangan dengan iman kita. Semoga Tuhan mengampuni hal tersebut.
Ketika membicarakan awal dan akhir maka tidak akan lepas dari membicarakan ruang dan waktu. Misalnya ketika kita membicarakan awal dari dunia, maka pertanyaaan yang muncul kapan dunia ini tercipta? Siapa yang menciptakan? Atau Apakah asal dari segala yang ada di dunia ini?
Banyak pendapat ahli filsafat yang membicarakan tentang asal dari alam semesta dan akhir dari alam semesta nantinya, seperti Immanuel Kant yang membuktikan bahwa dunia ini memiliki awal dan terbatas ruang dan waktu, namun ia dapat pula membuktikan bahwa dunia ini tidak memiliki awal dan tidak terbatas ruang dan waktu. Selanjutnya saya nukilkan pendapat beberapa ahli filsafat mengenai asal muasal alam semesta.
Thales (625-545 SM) mengatakan air sebagai asal alam semesta karena air amat diperlukan dalam kehidupan dan bumi ini terapung di atas air. Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales adalah air yang cair adalah pangkal, pokok dan dasar (principle) segala-galanya. Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula.
Anaximenes (585-494 SM) mengatakan bahwa barang yang asal dan tak berhingga ialah udara. Gerakan yang menjadi sebab terjadinya alam yang lahir dengan berbagai macam dan ragam adalah gerakan udara. Udara bias jarang dan padat, kalau udara menjadi jarang, terjadilah api, kalau udara berkumpul menjadi rapat, terjadilah angin dan awan, Bertambah padat sedikit lagi, turun hujan dari awan itu, dari air terjadilah tanah dan tanah yang sangat padat menjadi batu.
Manusia itu asalnya dari Tuhan menurut kepercayaan Pythagoras (580-550SM). Jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa, dan ia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu.
Heraklitos (540-480 SM) menyatakan bahwa asal segala sesuatu hanyalah satu anasir yakni api. Api yang selalu bergerak dan berubah rupa menyatakan bahwa tak ada yang tenang dan tetap, yang ada hanya pergerakan senantiasa, tidak ada yang boleh disebut ada, melainkan menjadi. Semuanya itu dalam kejadian.
Anaximandros (610-547 SM) menyatakan bahwa alam adalah belantara keabadian di mana dunia kita juga berada, tidak ada penciptaan dan tidak ada pemusnahan, yang ada hanya gerak , evolusi dan perkembangan abadi dan dunia yang ada adalah salah satu perwujudannya.
Parmenides (540-473 SM) mengatakan bahwa dunia ini tidak bertambah dan tidak berkurang, perubahan yang tampak adalah tipuan belaka. Ia menganggap di dunia ini tak ada barang barunya, tak ada barang lahir dan tak ada barang menghilang.
Leukippos (±540 SM) menyatakan tidak mungkinnya ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak ingin menolak kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak dari segala sesuatu. Banyak, lahir, gerak dan hilang tidak mungkin dapat dipahami tanpa adanya tidak ada (non-being), tidak ada atau kekosongan (non-being) mempunyai arti pula sebagaimana ada atau penuh atau pemenuhan ruang (being).
Demokritos (460-360 SM) berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak, atom apilah yang menjadi dasar segala yang hidup, atom api adalah jiwa.
Demikianlah beberapa pendapat para ahli filsafat yang mungkin masih banyak lagi yang belum saya dapatkan. Dari berbagai pandangan tersebut jelas bahwa awal dan akhir muncul dalam pikiran para ahli dengan terlebih dahulu mengamati dengan panca indera hal-hal fisik di alam semesta, ada yang dengan intusisi dan ada pula dengan metafisik.
Menurut ajaran agama yang saya yakini dunia ini diciptakan oleh Tuhan sehingga ada awalnya dan akan ada akhirnya ketika kiamat tiba. Namun sayapun percaya setelah kematian bukan akhir dari segalanya karena dalam kacamata iman ada akhirat.
Awal dan akhir dapat terikat ruang dan waktu bila yang dipandang adalah wadah (bentuk) dan perubahannya namun awal dan akhir tidak terikat ruang dan waktu jika dipandang dari isi dan keberadaannya. Seperti halnya awan dapat diawali dari uap dan diakhir dengan titik-titik air yang jatuh . Namun jika dilihat kandungannya awan hanyalah air, sehingga baik uap air, hujan maupun air didaratan semua hanya air tidak ada awal maupun akhir.
Mungkin saja saya salah dalam memahami awal dan akhir namun demikianlah saya berupaya berpikir tentang hal tersebut. Sampai sebatas inilah ilmuku saat menulis ini.
Sumber Bacaan :
Ahmad Tafsir. 2003. Filsafat Umum. Bandung : Remaja Rosdakarya
Ahmad Syadali & Mudzakir. 1997. Filsafat Ilmu. Bandung : Pustaka Setia
Marsigit. 2009. Elegi Menggapai Awal dan Akhir. http://powermathematics.blogspot.com
Ahmad Syadali & Mudzakir. 1997. Filsafat Ilmu. Bandung : Pustaka Setia
Marsigit. 2009. Elegi Menggapai Awal dan Akhir. http://powermathematics.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar