Suatu daerah di dunia antah berantah yang berpenduduk kera-kera. Berdasarkan peraturan untuk memasuki padepokan tingkat menengah atas digunakanlah nilai yang diperoleh kera pada padepokan di tingkat sebelumnya. Entah bagaimana untuk mencapai nilai yang baik banyak kera yang berlaku curang, dan ia tidak berani masuk ke padepokan yang paling unggul karena kera berpikir bahwa disana pasti berisi kera-kera yang sungguh-sungguh pandai, maka sebagian kera yang curang ini dengan modal nilai yang tinggi masuklah ke padepokan yang lebih rendah sedikit dari padepokan yang utama. Padepokan ini mempersiapkan kera untuk bisa melanjutkan ke padepokan yang lebih tinggi, nah kera-kera yang masuk ke padepokan ini sebagian besar berasal dari keratua yang punya kemampuan ekonomi menengah ke atas. Pimpinan padepokan tidak menyadari ini, yang diketahui banyak kera, kera-kera yang masuk padepokan ini adaah kera-kera yang nilai masuknya tinggi-tinggi sehingga pasti pandai-pandai dan nilai outputnya pasti juga tinggi-tinggi.
Suatu hari pimpinan padepokan kera menemukan ada kera pelatih yang memberikan nilai demikian rendah sehingga ketika nanti diadakan pemilihan untuk program topeng kera maka bisa-bisa tidak memenuhi kuota, bisa-bisa semua masuk ke program kera pengambil kelapa atau kera pencari kutu, bisa-bisa ada kera pelatih lain yang tidak mendapat imbalan karena berkurang jam melatihnya.
Sebenarnya si kera pelatih sudah dapat memprediksikan dari hasil sehari-hari ditambah dengan penilaian bersama yang diadakan oleh pengurus wilayah yang hasilnya memang tidak lebih baik dari hasil sehari-hari. Bahkan ada ketakutan dari pimpinan bahawa ada keratua yang protes karena nilai keturunannya rendah, bisa-bisa cita-cita menuju padepokan yang menciptakan kera sakti yang bertaraf kayangan tidak tercapai karena tidak ada dukungan dari keratua yang keturunannya mencari ilmu di padepokan ini. Pimpinan juga mengatakan bahwa kera pelatih yang dinilai baik adalah jika kera yang dilatihnya berhasil delapan puluh persen, nah bagaimana kalau yang berhasil hanya tiga puluh persen berarti yang gagal adalah kera pelatih.
Atas kehendak pimpinan maka si kera pelatih ini mengikuti petunjuk pimpinan sehingga nilai kera-kera yang dilatihnya dinaikkan sehingga dapat terpenuhilah kuota untuk program topeng kera, dalam hati si pelatih menangis dalam hati dan cemas atas kesalahannya karena harus patuh pada pimpinan, dalam hati ia hanya berdoa semoga kera-kera yang sebenarnya tidak mampu ini semakin berusaha sekuat tenaga mereka untuk mampu bersandiwara memerankan tokoh-tokoh dalam pertunjukan topeng kera, jangan sampai mereka tidak berhasil dan hanya berakhir di pasar hewan untuk disembelih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar