Berikut saya nukilkan kata-kata bermakna yang merupakan hiasan di soko rumah limasan saya, yang saya tidak tahu siapa pengarangnya :
WAKTU
Luangkan waktu untuk berpikir, karena itu merupakan sumber kekuatan
Luangkan waktu untuk membaca, karena itu merupakan dasar kebijaksanaan
Luangkan waktu untuk bermain, karena itu merupakan rahasia awet muda
Luangkan waktu untuk berdiam, karena itu merupakan kesempatan untuk mencari Tuhan
Luangkan waktu untuk peduli, karena itu kesempatan untuk menolong sesama
Luangkan waktu untuk mengasihi dan dikasihi, karena itu pemberian terbesar dari Tuhan
Luangkan waktu untuk tertawa karena itu musik untuk jiwa
Luangkan waktu untuk berlaku ramah karena itu merupakan jalan menuju kebahagiaan
Luangkan waktu untuk bermimpi, karena dengan itu, masa depan dibentuk
Luangkan waktu untuk berdoa, karena itu merupakan kekuatan terbesar di bumi
"Untuk segala sesuatu ada waktunya" (Pengkotbah 3)
Isu pemanasan global saat ini menarik perhatian semua pihak terhadap dampak-dampak yang mungkin terjadi. Lalu bagaimana masa depan dunia kelak? Bagaimana peradaban manusia kelak? Yang pasti hanya Tuhan yang tahu, manusia tak ada satu pun yang dapat memastikan, manusia hanya mampu memperkirakan sebatas pikiran dan hatinya.
Banyak orang kembali ke alam setelah dahulu jor-joran mengeploitasi alam. Semua itu dalam usaha untuk hidup lebih harmonis dengan alam dengan harapan alam akan bersahabat dengan kita. Saya jadi ingat obrolan saya bersama teman-teman sekelas dibawah pohon lengkeng yang rindang di halaman kampus kami. Salah seorang teman mengatakan kalau dia menjadi presiden di negara ini maka dia akan menaikkan harga bensin di kota-kota besar di Pulau Jawa menjadi Rp. 50.000,00 sedangkan untuk di daerah terpencil harganya dimurahkan menjadi lebih murah, tujuannya untuk membatasi penggunaan kendaraan bermotor yang cukup banyak menyumbang polusi udara. Aku antusias menjawab kalau harga bensin dinaikkan seperti itu maka apaboleh buat aku akan membeli kuda. Teman-teman terkekeh menertawakanku, mereka tahu dari rumahku di Gunungkidul ke kampus jaraknya kira-kira 40 kilometer dengan jalan yang naik turun mendaki gunung, menuruni lembah, mereka mengira aku bercanda, mereka terus mengolok-olok bahwa kudanya tinggal dibiarkan memakan rumput di sekitar pohon kelengkeng sehingga petugas kebersihan tidak perlu memotong rumput. Tapi serius kenapa tidak? Bukankah jaman dahulu juga orang menggunakan kuda untuk alat transportasi bahkan sampai saat ini di beberapa daerah masih digunakan.
Sampai sekarang saya berpikir banyak orang sekarang inginnya serba cepat, efisien, efektif, kalau perlu instan. Ada pepatah yang mengatakan waktu adalah uang, semakin banyak waktu terbuang semakin banyak uang yang lepas dari genggaaman. Teman-teman saya pernah mengatakan kalau perlu ada alat transportasi yang bisa dengan sekali jentikan jari dapat mengantar saya dari sekolah ke kampus.
Tapi saya kagum dengan kebijakan beberapa pemerintah daerah yang mencoba mengajak semua pihak yang terpanggil untuk mengurangi polusi udara dengan naik sepeda untuk bekerja atau bersekolah. Selain lebih ramah lingkungan dengan naik sepeda sama saja dengan berolahraga.
Selain itu sekarang orang yang awalnya mengagung-agungkan kecerdasan intelegensi kini mulai memperhatikan kecerdasan-kecerdasan lainnya seperti emosional dan spiritual . Orang-orang yang hidup memburu waktu atau mungkin lebih tepatnya diburu waktu, sering mengalami tekanan-tekanan dalam hidupnya atau kelelahan baik fisik maupaun jiwa mereka, sehingga mulai mencari penyeimbang dengan mengikuti kegiatan-kegaitan sosial atau keagamaan atau releksasi, salah satu yang jelas terlihat adalah munculnya kursus-kursus yoga.
Lalu bagaimana kelak masa depan dunia, akankah akal mengalahkan hati, akankah hati mengalahkan akal, atau akankah akal dan hati saling bersinergi menciptakan dunia yang lebih baik? Masa depan dunia kelak merupakan tanggungjawab kita bersama yang hidup kini. Kita bisa berusaha mengurangi pemansan global dengan segala akal yang ada namun kita juga harus menciptakan kedamaian hati kita, menjaga kelestarian ciptaan Tuhan yang lainnya.
Seperti pada puisi diatas, maka aku memimpikan masa depan dunia, karena dengan mimpi, masa depan dibentuk. Puisi diatas yang diciptakan seseorang entah siapa, sungguh bermakna sebab menuliskan segala impianku akan masa depan dunia yang lebih baik dengan manusia-manusia yang utuh. Langkah nyata mewujudkan impian itu adalah mencoba mulai melakukannya dari sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar