Mari Belajar

Kata-kata hebat hanya bisa dipahami pikiran bijak. Tindakan hebat bicara kepada semua orang. -Emily P.Bissell

Minggu, 27 Desember 2009

Mendengarkan

Oleh : Lilintri Nurhayati

Mengikuti perayaan ekaristi hari ini, ada cerita menarik yang dituturkan oleh Romo dalam khotbahnya. Berikut ini adalah cuplikan ceritanya :


Ada dua orang yang bernama Slamet dan Bagong. Slamet adalah seorang yang sangat penakut sedangkan Bagong adalah orang yang kalau bicara suaranya sengau atau bahasa jawanya adalah bindeng.


Pada suatu hari mereka diminta oleh seorang ibu yang merupakan tetangga mereka untuk menjemput jenazah anaknya yang meninggal di rumah sakit. Slamet dan Bagong membantu ibu tersebut walaupun dalam hati Slamet merasakan ketakutan. Mereka menggotong jenazah dengan sebuah keranda, karena Slamet takut melihat jenasah maka ia memilih menggotong di depan. Karena rumah sakit tidak jauh dari rumah duka maka mereka menggotong keranda berisi jenazah dengan berjalan kaki. Di tengah perjalanan langit tiba-tiba mendung.


Bagong : Met, Met mendung.


(karena Bagong suaranya sengau atau bindeng maka terdengar oleh Slamet bahwa mayat melembung)


Slamet mempercepat langkahnya karena ketakutan sebab ia mengira mayat atau jenazah yang ia gotong melembung sehingga Bagong tergopoh-gopoh mengikuti Slamet dari belakang.


Bagong : Met, Met enteni. ….. ( enteni = tunggu)


(karena Bagong suaranya sengau atau bindeng maka terdengar oleh Slamet bahwa mayatnya tangi) ….. (tangi = bangun)


Slamet yang sudah ketakutan bertambah lagi ketakutan karena dia mengira mayat yang tadi melembung kini bangun, maka ia semakin mempercepat langkahnya dan Bagong semakin tergopoh-gopoh mengikutinya.


Bagong : Met, Met, mandek….. (mandek = berhenti)


(karena Bagong suaranya bindeng atau sengau maka terdengar oleh Slamet bahwa mayatnya ngadek atau dalam bahasa Indonesia artinya berdiri)

Dari cuplikan cerita di atas dapat dipetik hikmah bahwa jika mendengar dengan ketakutan maka kita tidak dapat mendengar dengan baik pesan yang ingin disampaikan kepada kita, dalam hubungan dengan mendengarkan sabda Tuhan maka kita perlu mendengarkan dengan iman dengan kepercayaan kepada Tuhan.


Balada Kera

Oleh : Lilintri Nurhayati

Suatu daerah di dunia antah berantah yang berpenduduk kera-kera. Berdasarkan peraturan untuk memasuki padepokan tingkat menengah atas digunakanlah nilai yang diperoleh kera pada padepokan di tingkat sebelumnya. Entah bagaimana untuk mencapai nilai yang baik banyak kera yang berlaku curang, dan ia tidak berani masuk ke padepokan yang paling unggul karena kera berpikir bahwa disana pasti berisi kera-kera yang sungguh-sungguh pandai, maka sebagian kera yang curang ini dengan modal nilai yang tinggi masuklah ke padepokan yang lebih rendah sedikit dari padepokan yang utama. Padepokan ini mempersiapkan kera untuk bisa melanjutkan ke padepokan yang lebih tinggi, nah kera-kera yang masuk ke padepokan ini sebagian besar berasal dari keratua yang punya kemampuan ekonomi menengah ke atas. Pimpinan padepokan tidak menyadari ini, yang diketahui banyak kera, kera-kera yang masuk padepokan ini adaah kera-kera yang nilai masuknya tinggi-tinggi sehingga pasti pandai-pandai dan nilai outputnya pasti juga tinggi-tinggi.


Suatu hari pimpinan padepokan kera menemukan ada kera pelatih yang memberikan nilai demikian rendah sehingga ketika nanti diadakan pemilihan untuk program topeng kera maka bisa-bisa tidak memenuhi kuota, bisa-bisa semua masuk ke program kera pengambil kelapa atau kera pencari kutu, bisa-bisa ada kera pelatih lain yang tidak mendapat imbalan karena berkurang jam melatihnya.

Sebenarnya si kera pelatih sudah dapat memprediksikan dari hasil sehari-hari ditambah dengan penilaian bersama yang diadakan oleh pengurus wilayah yang hasilnya memang tidak lebih baik dari hasil sehari-hari. Bahkan ada ketakutan dari pimpinan bahawa ada keratua yang protes karena nilai keturunannya rendah, bisa-bisa cita-cita menuju padepokan yang menciptakan kera sakti yang bertaraf kayangan tidak tercapai karena tidak ada dukungan dari keratua yang keturunannya mencari ilmu di padepokan ini. Pimpinan juga mengatakan bahwa kera pelatih yang dinilai baik adalah jika kera yang dilatihnya berhasil delapan puluh persen, nah bagaimana kalau yang berhasil hanya tiga puluh persen berarti yang gagal adalah kera pelatih.

Atas kehendak pimpinan maka si kera pelatih ini mengikuti petunjuk pimpinan sehingga nilai kera-kera yang dilatihnya dinaikkan sehingga dapat terpenuhilah kuota untuk program topeng kera, dalam hati si pelatih menangis dalam hati dan cemas atas kesalahannya karena harus patuh pada pimpinan, dalam hati ia hanya berdoa semoga kera-kera yang sebenarnya tidak mampu ini semakin berusaha sekuat tenaga mereka untuk mampu bersandiwara memerankan tokoh-tokoh dalam pertunjukan topeng kera, jangan sampai mereka tidak berhasil dan hanya berakhir di pasar hewan untuk disembelih.

Kamis, 17 Desember 2009

Masa Depan Dunia

Oleh : Lilintri Nurhayati

Berikut saya nukilkan kata-kata bermakna yang merupakan hiasan di soko rumah limasan saya, yang saya tidak tahu siapa pengarangnya :

WAKTU

Luangkan waktu untuk berpikir, karena itu merupakan sumber kekuatan
Luangkan waktu untuk membaca, karena itu merupakan dasar kebijaksanaan

Luangkan waktu untuk bermain, karena itu merupakan rahasia awet  muda
Luangkan waktu untuk berdiam, karena  itu merupakan kesempatan untuk mencari Tuhan

Luangkan waktu untuk peduli, karena itu kesempatan untuk menolong sesama
Luangkan waktu untuk mengasihi dan dikasihi, karena itu pemberian terbesar dari Tuhan

Luangkan waktu untuk tertawa karena itu  musik untuk jiwa
Luangkan waktu untuk berlaku ramah karena itu merupakan jalan menuju kebahagiaan

Luangkan waktu untuk bermimpi, karena dengan itu, masa depan dibentuk
Luangkan waktu untuk berdoa, karena itu merupakan kekuatan terbesar di bumi

"Untuk segala sesuatu ada waktunya" (Pengkotbah 3)

        Setiap pagi pasti saya mendengar suaru burung berkicau di dahan pohon munggur atau pohon-pohon jati disekitar pekarangan rumahku. Sampai suatu kali ketika temanku menelponku dia heran dan bertanya aku berada dimana. Dia mungkin mengira aku dekat sangkar burung, padahal tidak, burung-burung itu bebas bertengger dan berkicau seperti syair lagu yang dinyanyika oleh almarhum Chrisye "...burung-burung pun mengucapkan salam dalam kesejukan dan indahnya pagi, seandainya suasana pagi ini kan sepanjang hari, betapa bahagia...".
       Isu pemanasan global saat ini menarik perhatian semua pihak terhadap dampak-dampak yang mungkin terjadi. Lalu bagaimana masa depan dunia kelak? Bagaimana peradaban manusia kelak? Yang pasti hanya Tuhan yang tahu, manusia tak ada satu pun yang dapat memastikan, manusia hanya mampu memperkirakan sebatas pikiran dan hatinya.
       Banyak orang kembali ke alam setelah dahulu jor-joran mengeploitasi alam. Semua itu dalam usaha untuk hidup lebih harmonis dengan alam dengan harapan alam akan bersahabat dengan kita. Saya jadi ingat obrolan saya bersama teman-teman sekelas dibawah pohon lengkeng yang rindang di halaman kampus kami. Salah seorang teman mengatakan kalau dia menjadi presiden di negara ini maka dia akan menaikkan harga bensin di kota-kota besar di Pulau Jawa menjadi Rp. 50.000,00 sedangkan untuk di daerah terpencil harganya dimurahkan menjadi lebih murah, tujuannya untuk membatasi penggunaan kendaraan bermotor yang cukup banyak menyumbang polusi udara. Aku antusias menjawab kalau harga bensin dinaikkan seperti itu maka apaboleh buat aku akan membeli kuda. Teman-teman terkekeh menertawakanku, mereka tahu dari rumahku di Gunungkidul ke kampus jaraknya kira-kira 40 kilometer dengan jalan yang naik turun mendaki gunung, menuruni lembah, mereka mengira aku bercanda, mereka terus mengolok-olok bahwa kudanya tinggal  dibiarkan memakan rumput di sekitar pohon kelengkeng sehingga petugas kebersihan tidak perlu memotong rumput. Tapi serius kenapa tidak? Bukankah jaman dahulu juga orang menggunakan kuda untuk alat transportasi bahkan sampai saat ini di beberapa daerah masih digunakan.
       Sampai sekarang saya berpikir banyak orang sekarang inginnya serba cepat, efisien, efektif, kalau perlu instan. Ada pepatah yang mengatakan waktu adalah uang, semakin banyak waktu terbuang semakin banyak uang yang lepas dari genggaaman. Teman-teman saya pernah mengatakan kalau perlu ada alat transportasi yang bisa dengan sekali jentikan jari dapat mengantar saya dari sekolah ke kampus.
        Tapi saya kagum dengan kebijakan beberapa pemerintah daerah yang mencoba mengajak semua pihak yang terpanggil untuk mengurangi polusi udara dengan naik sepeda untuk bekerja atau bersekolah. Selain lebih ramah lingkungan dengan naik sepeda sama saja dengan berolahraga.
        Selain itu sekarang orang yang awalnya mengagung-agungkan kecerdasan intelegensi kini mulai memperhatikan kecerdasan-kecerdasan lainnya seperti emosional dan  spiritual . Orang-orang yang hidup memburu waktu atau mungkin lebih tepatnya diburu waktu, sering mengalami tekanan-tekanan dalam hidupnya atau kelelahan baik fisik maupaun jiwa mereka, sehingga mulai mencari penyeimbang dengan mengikuti kegiatan-kegaitan sosial atau keagamaan atau releksasi, salah satu yang jelas terlihat adalah munculnya kursus-kursus yoga.
        Lalu bagaimana kelak masa depan dunia, akankah akal mengalahkan hati, akankah hati mengalahkan akal, atau akankah akal dan hati saling bersinergi menciptakan dunia yang lebih baik? Masa depan dunia kelak merupakan tanggungjawab kita bersama yang hidup kini. Kita bisa berusaha mengurangi pemansan global dengan segala akal yang ada namun kita juga harus menciptakan kedamaian hati kita, menjaga kelestarian ciptaan Tuhan yang lainnya.
        Seperti pada puisi diatas, maka aku memimpikan masa depan dunia, karena dengan mimpi, masa depan dibentuk. Puisi diatas yang diciptakan seseorang entah siapa, sungguh bermakna sebab menuliskan segala impianku akan masa depan dunia yang lebih baik dengan manusia-manusia yang utuh. Langkah nyata mewujudkan impian itu adalah mencoba mulai melakukannya dari sekarang.

Minggu, 13 Desember 2009

PDWHP DWLND PHQJD QBDPG XQLD


(Matematika Mengenyam Dunia)

Oleh : Lilintri Nurhayati

Seorang siswa bertanya kepada guru matematika untuk menceritakan ketidaksukaannya dengan mata pelajaran matematika, berikut cuplikan pembicaraan mereka :

Siswa : Pak, saya tidak suka belajar matematika.

Guru : Kenapa engkau tidak menyukai matematika.

Siswa : Pak, matematika itu sulit dan isinya cuma angka-angka.

Guru : Matamatika adalah bahasa, nak.

Siswa : Mengapa matematika merupakan bahasa, Pak?

Guru : Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.


Siswa : Apa bedanya dengan bahasa yang biasa saya gunakan.

Guru : Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat

kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang

dalam matematika dibuat secara artificial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang dikaji.

Siswa : Saya masih tidak mengerti, Pak.

Guru : Tahukah engkau satu kambing ditambah satu kambing menjadi berapa kambing?

Siswa : Jelas dua ekor kambing, Pak.

Guru : Tapi kalau ada yang menjawab belum tentu dua karena siapa tahu kalau yang seekor tiba-tiba mati atau dua-duanya mati, bagaimana? Atau bagaimana jika salah satunya kambing betina yang tiba-tiba melahirkan maka jawabnya tidak lagi dua kambing tapi lebih dari dua kambing.

Siswa : Saya masih tidak tahu maksudnya, Pak.

Guru : Coba, berakah hasil dari x + x ?

Siswa : Jelas x + x = 2x

Guru : Nah, itulah bedanya bahasa verbal dengan bahasa matematika. Dalam bahasa verbal seperti contoh tadi satu kambing ditambah satu kambing dapat diperoleh jawaban yang bermacam-macam, belum lagi jika kamu emosi karena contoh yang dipakai adalah kambing. Dengan menggunakan bahasa matematika, sebuah obyek yang akan kita telaah dapat kita lambangkan dengan apa saja sesuai dengan perjanjian kita. Misalkan “banyaknya kambing” dapat kita lambangkan dengan x. Sehingga jelas pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.

Siswa : Sejak kapan matematika di gunakan?

Guru : Dapat dikatakan sejak adanya peradaban manusia, para pendeta Mesir Kuno sekitar 3500SM merupakan ahli-ahli matematika pertama, mereka gunakan perhitungan matematika untuk mengukur pasang surut sungai Nil dan meramalkan timbulnya banjir, pada zaman itu pengetahuan matematika dianggap keramat dan mereka menyembunyikan pengetahuan mereka untuk kekuasaan mereka.

Siswa : Apa gunanya Pak saya belajar matematika?

Guru : Bukankah dalam kehidupan sehari-hari kamu sudah banyak menggunakan matematika.

Siswa : Tidak mungkin, Pak.

Guru : Semua ilmu menggunakan matematika baik dalam pengukuran, perhitungan ataupun dalam penggunaan logika matematika dalam penarikan keputusan

Siswa : Contohnya apa, Pak?

Guru : Perhitungan dalam ilmu-ilmu alam menggunakan matematika, dalam ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi statistika dan konsep fungsi sangat berperan, dalam bidang kependudukan peran statistika sangat penting, konsep bilangan biner digunakan pada teknik informatika dan komputer, bahkan dalam diplomasi dan militer konsep kekongruenan bilangan berperan dalam membuat sandi atau pesan rahasia, seperti yang dilakukan Julius Caesar

Siswa : Wah menarik sekali

Guru : Konsep kekongruenan bilangan digunakan dalam cryptology yaitu ilmu yang mempelajari sistem yang bersifat rahasia dan cryptography merupakan salah satu bagian dari cryptology. Contohnya : kata “matematika menganyam dunia” dapat ditulis menjadi “PDWHP DWLND PHQJD QBDPG XQLD”

Siswa : Apakah ada lagi?

Guru : Dalam seni rupa ada batik yang dibuat dengan pola fraktal. Teori graph dapa digunakan dalam menentukan trayek kendaraan umum. Konsep kombinasi digunakan dalam genetika. Bahkan dalam menentukan hari Idul Fitri pun dapat menggunakan konsep matematika dalam perhitungan kalender Hijriah. Bilangan biner dan logika matematika digunakan dalam teknologi komputer, sedangkan kau tahu sekarang komputer banyak digunakan dengan software-software yang terus berkembang untuk membantu para ahli apapun bidangnya. Jadi matematika sungguh sudah menganyam dunia. Tentunya masih banyak lagi penggunaan matematika dalam kehidupan kita di dunia ini.

Siswa : Trimakasih Pak Guru, atas keterangannya



Sumber Bacaan :

Rosen, Kenneth H. 1993. Elementary Number Theory and Its Application-3rd ed. USA: Addison-Wesley Publishing Company
Jujun S. Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan



Rabu, 09 Desember 2009

Kesalahan Terendah dan Tertinggi

Oleh : Lilintri Nurhayati


Kesalahan :
Aku adalah antithesis dari kebenaran

Teori korespondensi :
Kau adalah kesalahan karena pernyataan yang kau kandung tidak berkorespondensi (berhubungan)dengan objek yang kau tuju.

Teori koheren :
Kau adalah kesalahan karena kau tidak konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang sebelumnya yang dianggap benar.

Teori Pragmatis :
Kau adalah kesalahan karena kau tidak bersifat fungsional atau konsekuensi dari dirimu tidak mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

Kesalahan :
Lalu apa bagian terendah dan tertinggi dari diriku?

Pikiran :
Kenapa kau tanyakan terendah dan tertinggi? Bukankah terendah atau tertinggi akan berbeda untuk hal yang berbeda?

Kesalahan :
Aku tak mengerti, coba berikan alasanmu.

Pikiran :
Jika seorang anak yang baru belajar menjumlahkan bilangan maka ketika ia salah menjumlahkan bilangan, itu merupakan kesalahan tertingginya, tetapi untuk anak yang mempelajari materi matematika yang lebih kompleks maka ketika ia salah menjumlahkan bilangan maka itu kesalahan terendahnya.

Kesalahan :
Lalu apalah artinya diriku menurut teori pragmatis aku tidak mempunyai kegunaan.

Pikiran :
Sabarlah, sebenarnya keberadaanmu melengkapi kebenaran, sejatinya di dunia ini penuh dengan kontradiksi. Kebenaran ada karena adanya dirimu.

Kesalahan :
Aku bingung.

Pikiran :
Tahukan engkau seorang yang menyadari dirimu dan berniat memperbaikimu akan berusaha mencari antithesis dirimu yaitu kebenaran. Dengan proses itulah terjadi transformasi dalam diri seseorang untuk terus berupaya memperbaiki dari kesalahan tertinggi sampai seminimal mungkin tidak melakukan kesalahan. Namun manusia tidaklah sempurna, hanya Tuhanlah yang sempurna. Manusia mungkin punya keterbatasan yaitu lupa sehingga mungkin timbul banyak kesalahan karenanya.

Kesalahan :
Berarti lupa adalah salah satu bagian diriku.

Pikiran :
Lupa merupakan bagian dirimu, tapi bersyukurlah manusia diberikan oleh Tuhan karunia lupa.

Kesalahan :
Mengapa kau katakana lupa adalah karunia.

Pikiran :
Aku katakan lupa adalah karunia sebab bayangkan engkau tidak diberi karunia lupa maka hal-hal yang menyakitimu, memalukanmu atau membuatmu trauma akan terus kau ingat. Alangkah menderitanya hidupmu karena masih mengingatnya dengan sangat jelas. Manusia patut bersyukur kepada Tuhan karena diberikan karunia lupa untuk menghapus hal-hal yang tidak baik dalam hidup kita dan menjalani hidup dengan sikap optimis.

Kesalahan :
Trimakasih, walaupun sampai kini diriku belum menemukan apa bagian terendah dan tertinggi dari diriku tapi kucoba berupaya melihat diriku kedalam. Aku setuju denganmu hidup penuh kontrakdiksi, sementara aku melengkapi kebenaran, sekaligus aku mereduksi ingatan dengan karunia lupa yang Tuhan berikan.

Sumber Bacaan :
Jujun S. Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Marsigit. 2009. Jargon Kebaikan dan Keburukan.http://powermathematics.blogspot.com




Awal dan Akhir


Oleh : Lilintri Nurhayati




Dalam konteks filsafat, olah pikir yang memegang peranan penting, terkadang olah pikir kita akan bertentangan dengan iman kita. Semoga Tuhan mengampuni hal tersebut.


Ketika membicarakan awal dan akhir maka tidak akan lepas dari membicarakan ruang dan waktu. Misalnya ketika kita membicarakan awal dari dunia, maka pertanyaaan yang muncul kapan dunia ini tercipta? Siapa yang menciptakan? Atau Apakah asal dari segala yang ada di dunia ini?


Banyak pendapat ahli filsafat yang membicarakan tentang asal dari alam semesta dan akhir dari alam semesta nantinya, seperti Immanuel Kant yang membuktikan bahwa dunia ini memiliki awal dan terbatas ruang dan waktu, namun ia dapat pula membuktikan bahwa dunia ini tidak memiliki awal dan tidak terbatas ruang dan waktu. Selanjutnya saya nukilkan pendapat beberapa ahli filsafat mengenai asal muasal alam semesta.


Thales (625-545 SM) mengatakan air sebagai asal alam semesta karena air amat diperlukan dalam kehidupan dan bumi ini terapung di atas air. Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales adalah air yang cair adalah pangkal, pokok dan dasar (principle) segala-galanya. Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula.


Anaximenes (585-494 SM) mengatakan bahwa barang yang asal dan tak berhingga ialah udara. Gerakan yang menjadi sebab terjadinya alam yang lahir dengan berbagai macam dan ragam adalah gerakan udara. Udara bias jarang dan padat, kalau udara menjadi jarang, terjadilah api, kalau udara berkumpul menjadi rapat, terjadilah angin dan awan, Bertambah padat sedikit lagi, turun hujan dari awan itu, dari air terjadilah tanah dan tanah yang sangat padat menjadi batu.


Manusia itu asalnya dari Tuhan menurut kepercayaan Pythagoras (580-550SM). Jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa, dan ia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu.


Heraklitos (540-480 SM) menyatakan bahwa asal segala sesuatu hanyalah satu anasir yakni api. Api yang selalu bergerak dan berubah rupa menyatakan bahwa tak ada yang tenang dan tetap, yang ada hanya pergerakan senantiasa, tidak ada yang boleh disebut ada, melainkan menjadi. Semuanya itu dalam kejadian.


Anaximandros (610-547 SM) menyatakan bahwa alam adalah belantara keabadian di mana dunia kita juga berada, tidak ada penciptaan dan tidak ada pemusnahan, yang ada hanya gerak , evolusi dan perkembangan abadi dan dunia yang ada adalah salah satu perwujudannya.

Parmenides (540-473 SM) mengatakan bahwa dunia ini tidak bertambah dan tidak berkurang, perubahan yang tampak adalah tipuan belaka. Ia menganggap di dunia ini tak ada barang barunya, tak ada barang lahir dan tak ada barang menghilang.


Leukippos (±540 SM) menyatakan tidak mungkinnya ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak ingin menolak kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak dari segala sesuatu. Banyak, lahir, gerak dan hilang tidak mungkin dapat dipahami tanpa adanya tidak ada (non-being), tidak ada atau kekosongan (non-being) mempunyai arti pula sebagaimana ada atau penuh atau pemenuhan ruang (being).


Demokritos (460-360 SM) berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak, atom apilah yang menjadi dasar segala yang hidup, atom api adalah jiwa.


Demikianlah beberapa pendapat para ahli filsafat yang mungkin masih banyak lagi yang belum saya dapatkan. Dari berbagai pandangan tersebut jelas bahwa awal dan akhir muncul dalam pikiran para ahli dengan terlebih dahulu mengamati dengan panca indera hal-hal fisik di alam semesta, ada yang dengan intusisi dan ada pula dengan metafisik.


Menurut ajaran agama yang saya yakini dunia ini diciptakan oleh Tuhan sehingga ada awalnya dan akan ada akhirnya ketika kiamat tiba. Namun sayapun percaya setelah kematian bukan akhir dari segalanya karena dalam kacamata iman ada akhirat.


Awal dan akhir dapat terikat ruang dan waktu bila yang dipandang adalah wadah (bentuk) dan perubahannya namun awal dan akhir tidak terikat ruang dan waktu jika dipandang dari isi dan keberadaannya. Seperti halnya awan dapat diawali dari uap dan diakhir dengan titik-titik air yang jatuh . Namun jika dilihat kandungannya awan hanyalah air, sehingga baik uap air, hujan maupun air didaratan semua hanya air tidak ada awal maupun akhir.


Mungkin saja saya salah dalam memahami awal dan akhir namun demikianlah saya berupaya berpikir tentang hal tersebut. Sampai sebatas inilah ilmuku saat menulis ini.


Sumber Bacaan :
Ahmad Tafsir. 2003. Filsafat Umum. Bandung : Remaja Rosdakarya
Ahmad Syadali & Mudzakir. 1997. Filsafat Ilmu. Bandung : Pustaka Setia
Marsigit. 2009. Elegi Menggapai Awal dan Akhir. http://powermathematics.blogspot.com