Oleh : Lilintri Nurhayati
Hidup di dunia tidak akan lepas dari bahasa. Setiap manusia menggunakan bahasa baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat. Setiap realita kehidupan baik subyek, obyek, predikat, keterangan, sifat, dan lain sebagainya mempunyai makna dan memiliki bahasanya tersendiri.
Seluruh dunia dari kutup utara sampai selatan, dari benda mati dan mahluk hidup, dari perut bumi sampai antarikasa segala objek memiliki nama. Semua yang ada di dunia dan yang mungkin ada memiliki nama. Sebuah nama pasti mengandung makna dan merupakan sebuah kata.
Kata pasti bermakna, menurut Wittgenstein makna suatu bahasa dapat bermacam-macam tergantung pada penggunaannya . demikian pula dengan kata. Contoh kata “tahu” dapat berarti mengerti sesuatu hal, namun juga dapat berarti semacam makanan yang terbuat dari sari kedelai.
Namun ada berbagai kata juga dapat memiliki arti yang sama, misalnya : kata ibu sama artinya dengan bunda sama artinya dengan mother, dan lain sebagainya. Pemakaian kata sangat luas dalam berbahasa sangatlah luas dan mendalam jika kita melihatnya dari segi filsafat.
Dalam filsafat analitik yang berkembang saat ini didasari oleh kebanyakan masalah-masalah dlam filsafat pada masa lalu bukanlah benar-benar masalah yang berfokus pada kenyataan atau kebenaran, kebaikan dan keindahan; tetapi masalah tersebut berada pada kerancuan bahasa, ketidaklurusan atau ketidakjelasan makna.
Fungsi filsafat adalah sebagai analitis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah merupakan model analitik linguistik. Penggunaan bahasa yang jelas dan jernih, pemilihan kata yang tepat merupakan tujuan suatu filsafat analitik bahasa.
Ada kemiripan antara filsafat analitik dengan realisme karena berangkat dari hal-hal yang nyata. Sejarah filsafat analitik berawal dari jaman Yunani kuno. Socrates telah memperhatikan istilah-istilah dan konsep-konsep harus diperhatikan sebagaimana mestinya. Sedangkan Aristoteles mulai mendefinisikan kata-kata yang ia gunakan.
Penggunaan bahasa yang tepat pada filosof abad ke-20 adalah suatu sarana untuk mengklarifikasi dalil-dalil filsafat agar dapat difahami. Russell dan Whitehead dalam karnyannya Principa Mathematica menggunakan matematika ke dalam bahasa logika. G.E.
Moore mengklaim bahwa lebih menekankan pada bahasa umum dan bahasa sehari-hari seharusnya menjadi kejian analisis bahasa. Moore mencoba menganalisis maksud dari kata-kata yang biasa dan akal sehat. Russell mengembangkan sebuah logika formal dan keharusan sebauh perbendaharaan kata yang tepat. Jika Aristoteles menamakan metode silogisme untuk argument deduktif contohnya : Jika hujan maka tanah basah terdiri dari dua klausa “jika hujan” dan “ tanah basah”, maka kedua klausa tersebut oleh Russell dinamakan implikasi.
Tujuan filsafat analitik menurut Wittgenstain sebagai berikut : Filsafat bertujuan pada klarifikasi filsafat yang bersifat logis- Filsafat bukanlah sebuah tubuh dokrin tetapi sebuah aktivitas- sebuah karya filsafat secara essensial terdiri dari uraian – Filsafat tidak menghasilkan dalil-dalil filsafat (philosophical prepositions) tetapi lebih kepada klarifikasi dalil-dalil tersebut – Tugas filsafat adalah adalah membuat jelas dan memberikan batas-batas yang jelas terhadap sesuatu
Segala hal dapat dijelaskan dengan bahasa bahkan kita dapat menjelaskan hal-hal yang metafisik juga dengan bahasa, Pemilihan kata yang tepat, konteks yang tepat dapat menggambarkan pikiran kita.
Kata ternyata adalah panglima karena kata berperan sangat penting dalam perkembangan kehidupan manusia. Kata berperan penting dalam filsafat dan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Tanpa kata manusia tidak dapat menyebarkan pengetahuan kepada manusia lain.
Kekuatan kata terletak dari kebermaknaannya. Setiap kata yang tercipta pastilah mengandung makna tertentu. Kata merupakan senjata yang tajam untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan, menguak makna kehidupan dan merangkai harapan masa depan.Maka tidak berlebihan jika dikatakan panglima adalah kata karena kata-kata yang kau gunakan untuk menunjukkan batas-batas pikiranmu.
Daftar Referensi
M. Hidayatullah S. Mistisisme dalam Perspektif Filsafat Analitik : Antara Wittgenstein dan Mehdi Ha’iri Yazdi. http:// junal.filsafat.ugm.ac.id
Ahmad Tafsir.2003. Filsafat Umum: Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra. Bandung:Rosdyakarya
Ahmad Syadili & Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia
Peters, M.A.(2002). Wittgenstein, Education and the Philosophy of Mathematics.Theory and Science,3 (3). http://theoryandscience. icaap.org/content/vol003.002/peters.html
Soro, J.B.K. (2007). Mengenal Ludwig Wiggenstein dan Pemikirannya.http://my.opera.com/Komunitas%20Nitapleat/blog/2007/12/13/mengenal-ludwig-wittgenstein-dan-pemikirannya
Wikipedia, ensiklopedia bebas. http://en.wikipedia.org/wiki/Ludwig_ Wittgenstein
Anonymous. Filsafat Analitik dan Pendidikan. http://curriculumstudy.files.wordpress.com/2007/10/analitik1.doc
Rabu, 13 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar